Asuhan Kala III Persalinan
Kala III Persalinan atau Kala Uri (Pengeluaran Plasenta) merupakan kelanjutan Kala I dan Kala II Persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi pada Kala III dan IV (periode 2 jam setelah plasenta lahir), sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.
1. Manajemen Aktif Kala Tiga
Manajemen Aktif Kala III (MAK III) membuat kontraksi uterus lebih efektif dan dapat mempersingkat waktu, mencegah dan mengurangi perdarahan pada Kala III Persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Langkah-langkah Manajemen Aktif Kala III
a. Pemberian oksitosin 10 I.U IM
b. Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
c. Masase (rangsangan taktil) uterus
2. Atonia Uteri
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus adalah 500-800 cc/menit dan jika uterus tidak segera berkontraksi (Atonia Uteri) setelah plasenta lahir, maka ibu dapat kehilangan darah 350-500 cc/menit dari bekas tempat implantasi plasenta. Atonia uteri dapat menyebabkan ibu meninggal dalam waktu kurang dari satu jam. Lebih dari 90% perdarahan dalam 24 jam pertama pascapersalinan disebabkan oleh atonia uteri. MAK III adalah intervensi terbaik untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya atonia uteri:
• hiperdistensi uterus
- polihidramnion
- hamil kembar atau gemeli
- makrosomia
• kala I dan/atau II yang memanjang
• partus presipitatus
• induksi/augmentasi persalinan dengan tetes oksitosin
• infeksi intrapartum
• grandemultipara
• hipersensitifitas MgSO4
Penanganan Atonia Uteri
Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil (masase) fundus uteri, lakukan perasat berikut:
1. Kompresi Bimanual Internal (KBI)
2. Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
3. Kompresi Aorta Abdominalis
AKDR Pascaplasenta (Post-Placental IUD)
Untuk pasien yang ingin menjarangkan kehamilan dan telah memilih AKDR untuk sebagai alat kontrasepsi pilihan maka masa pascaplasenta merupakan saat terbaik untuk melakukan pemasangan segera AKDR. Tehnik pemasangan juga tidak sulit karena hanya menjepit AKDR diantara 2 jari (telunjuk dan jari tengah) yang kemudian dimasukkan melalui porsio ke dalam kavum uteri. Dengan tehnik yang benar, kontraksi uterus yang baik dan tetap berbaring selama kala IV maka tingkat ekspulsi pascapemasangan dapat diminimalisasi hingga 5%-8% saja.
Asuhan Kala IV Persalinan
Setelah plasenta lahir:
1. Lakukan masase untuk merangsang uterus berkontraksi secara adekuat
2. Evaluasi tinggi fundus uteri
3. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Pastikan tak ada robekan/laserasi jalan lahir.
5. Evaluasi keadaan umum ibu.
6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat (halaman kedua partograf)
Catatan :
WHO/UNICEF/IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan pemberian 2 dosis vitamin A 200.000 IU dalam selang waktu 24 jam pada ibu pascabersalin untuk memperbaiki kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet puting susu. Suplementasi vitamin A juga akan meningkatkan daya tahan ibu terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan.
1. Memperkirakan Kehilangan Darah
Gunakan estimasi simptomatik (keadaan umum dan tekanan darah) karena tidak ada metode pengukuran perdarahan yang paling akurat. Bila ibu lemas, pusing dan hipotensi (turun lebih dari 10-20 mmHg dari kondisi sebelumnya) maka telah terjadi perdarahan 500 hingga 1000 ml. Bila terjadi syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan yang melebihi 500 ml.
2. Memeriksa Laserasi dan Perdarahan Perineum
Perhatikan dan pastikan tidak ada perdarahan akibat laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum untuk menilai derajat laserasi/robekan perineum kemudian lakukan penjahitan atau reparasi.
3. Pencegahan Infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah. Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan air dan deterjen.
4. Pemantauan Keadaan Umum Ibu
a. Selama dua jam pertama pasca persalinan:
- Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit (jam pertama) dan setiap 30 menit (jam kedua)
- Masase uterus setiap 15 menit (jam pertama) dan setiap 30 menit (jam kedua)
- Pantau temperatur tubuh setiap jam (dua jam pertama)
- Nilai jumlah darah yang keluar setiap 15 menit ( jam pertama) dan setiap 30 menit (jam kedua)
- Minta ibu/keluarganya memantau perdarahan dan melakukan masase uterus.
- Lanjutkan IMD, bantu ibu mengenakan pakaian bersih, atur posisi ibu agar nyaman, dan lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir
b. Ajarkan pada ibu/keluarga bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti:
• demam
• perdarahan aktif
• keluar banyak bekuan darah
• bau busuk dari vagina
• pusing
• lemas luar biasa
• penyulit dalam menyusukan bayinya
• nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
c. Catatan Asuhan dan Temuan (halaman 2 partograf)
Jam Ke | Waktu | Tekanan darah | Nadi | Suhu | Tinggi Fundus | Kontraksi uterus | Jumlah Urin | Jumlah Darah Keluar |
1 | | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
2 | | | | | | | | |
| | | | | | | |
Perhatikan penyulit atau komplikasi berikut:
• Retensio Plasenta
• Tali pusat putus
• Atonia uteri
• Laserasi jalan lahir
• Dehidrasi
• Infeksi/Sepsis
• Preeklampsia Berat/Eklampsia
• Retensi urin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar