Asuhan Nifas mencakup penatalaksanaan ibu, neonatus dan bayi selama. Beberapa fasilitas pelayanan kesehatan memfokuskan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir dalam beberapa hari setelah bayi lahir tetapi ada juga yang memberikan pelayanan selama masa nifas (6 minggu).
Tujuan
Segera setelah melahirkan, ibu akan mengalami perubahan fisik dan emosi yang nyata. Ibu yang pernah melahirkan, lebih memilih tinggal di tempat bersalin dalam 24-48 jam tetapi primipara, lebih suka tinggal lebih lama dari waktu tersebut. Asuhan yang tepat dan benar dapat membawa dampak jangka panjang yang menguntungkan bagi ibu dan bayi baru lahir. Kondisi pascapersalinan yang perlu diperhatikan adalah risiko infeksi, perlukaan jalan lahir, perdarahan, gangguan pembekuan darah, hipertensi/preeklampsia/eklampsia, dan depresi.
I. Asuhan Nifas Selama di Fasilitas Kesehatan
Apabila ibu melahirkan dapat melampaui kala IV dengan baik, maka ia telah melewati periode yang paling kritis dari suatu persalinan. Pengamatan dan pemeriksaan keluhan nyeri, kondisi uterus, lokhia, perineum, dan produksi urin merupakan hal esensial dalam jam-jam pertama setelah melahirkan. Lakukan pemantauan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya dan 4 hingga 8 jam kemudian.
1. Nyeri dan rasa tidak nyaman.
- Rasa nyeri (insisi, laserasi, kram uterus atau kontraksi akibat partus lama)
- Pembesaran payudara bilateral akibat aktifasi produksi ASI
- Persalinan perabdominam, memerlukan analgetika yang lebih kuat
- Sefalgia spinal adalah nyeri kepala setelah anestesia spinal untuk Seksio Sesaria.
- Sefalgia dengan gangguan pengelihatan, waspadai sebagai gejala hipertensi/PE
- Nyeri hebat disertai terbatasnya gerakan tungkai, curigai sebagai tromboflebitis
2. Fundus dan Involusi Uteri.
- Kondisi uterus dinilai dari tinggi fundus dan konsistensi dinding uterus (palpasi abdominal).
- Setelah melahirkan, fundus uteri setinggi atau sedikit diatas umbilikus. Pada umumnya, tinggi fundus uteri menyusut 1 cm atau 1 jari dari hari ke hari.
- Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong. Kandung kemih yang penuh dapat membuat fundus bergeser dari linea mediana, terdorong lebih tinggi dari normal dan menghalangi proses involusi.
3. Lokhia.
- Darah yang terus mengalir atau membasahi pembalut/penyerap darah dalam 1 jam pertama pascapersalinan, perlu diperiksa lebih lanjut
- Lokhia berlebihan (sub-involusi uterus, sisa plasenta, gangguan pembekuan).
- Lokhia rubra (merah) terjadi pada hari pertama hingga ketiga pascapersalinan.
- Lokhia serosa (merah muda/kecoklatan) terjadi dari hari ke 2 - 10
- Lokhia alba (keputihan) timbul setelah hari kesepuluh
- Bercak lokhia dapat terjadi hingga minggu ke-enam pascapersalinan, terutama pada ibu-ibu yang menyusukan bayinya secara eksklusif.
4. Perineum.
- Pemeriksaan dan penanganan perineum (episiotomi atau laserasi). Panjang luka episiotomi berkisar antara 1–2 inchi (2.5–5 cm).
- Luka episiotomi harus dijahit (ditautkan) agar proses penyembuhan dapat berjalan dalam 24 jam pascaepisiotomi. Edema dan kerapuhan perineum akan menyulitkan penyatuan luka episiotomi.
- Warna kemerahan, pembengkakan dan cairan nanah disekitar luka episiotomi menandakan adanya infeksi
- Perhatikan ada-tidaknya hematoma perineum akibat cedera vaskuler perineum.
- Selain perineum, periksa kemungkinan hemoroid (ukuran, jumlah dan sifatnya).
5. Distensi Kandung Kemih.
- Dalam 48 jam pertama pascapersalinan, terjadi peningkatan produksi urin dan diuresis postpartum maka minta ibu sering berkemih untuk mencegah distensi saluran/kandung kemih yang dapat menyebabkan sub-involusi uterus dan nyeri suprapubik/lumbal.
- Untuk mereka yang menggunakan kateter menetap (Foley catheter), produksi urin diperiksa setiap jam dalam 8 jam pertama setelah melahirkan karena setelah itu kateter akan dilepaskan dan pemeriksaan dilakukan secara manual.
II.Asuhan Nifas setelah Pulang dari Fasilitas Kesehatan
Idealnya, asuhan nifas dilanjutkan (hingga 1-2minggu postpartum) melalui kunjungan rumah (home visits) oleh petugas kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan ibu, bayi dan dukungan dari keluarganya. Apabila tidak tersedia dana operasional untuk kunjungan rumah dari fasilitas kesehatan, hal ini dapat dilakukan melalui sistem atau jejaring komunikasi yang tersedia (hand phone, posyandu, Buku KIA/KMS). Masalah pascapersalinan lanjutan adalah mastitis, endometritis, dan depresi postpartum.
III. Asuhan Nifas Minggu Kedua hingga Ke-enam Pascapersalinan
Pemeriksaan pada minggu ke-enam didasarkan pada budaya lokal yang membolehkan ibu membawa bayinya keluar rumah setelah 40 hari ibu bersalin. Walaupun demikian, pemeriksaan atau kunjungan nifas dapat dimulai pada minggu pertama, kemudian minggu kedua, minggu ke-empat dan minggu ke-enam pascapersalinan.
Asuhan nifas pada minggu pertama dan kedua, berupa pemeriksaan kondisi kesehatan umum, involusi uterus, pemeriksaan payudara dan produksi ASI, pemeriksaan kondisi kesehatan dan perkembangan bayi dalam masa neonatal dini dan memasuki periode neonatal lanjut. Pada minggu ke-empat, dilakukan asuhan nifas ibu dan asuhan bayi terutama kemajuan tumbuh kembang dan pemberian imunisasi. Kunjungan nifas pada minggu ke-enam berupa pemeriksaan kondisi kesehatan ibu, pemberian ASI eksklusif (yang juga merupakan kontrasepsi alamiah) atau konseling KB apabila metode Laktasi Amenorea tidak dapat diandalkan.
Edukasi Kesehatan dan Tumbuh Kembang Bayi
Ibu dan keluarga perlu diberdayakan untuk menerapkan budaya hidup sehat untuk memperoleh derajat kesehatan yang tinggi dan terhindar dari masalah kesehatan atau penyakit yang membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Pengenalan dini tanda bahaya dan segera mencari pertolongan pada petugas kompeten, juga perlu diketahui oleh ibu dan keluarga.
Menjaga higiene diri, keluarga dan lingkungan dapat menghindarkan ibu dan bayi terhadap penyakit menular atau berbahaya, budaya cuci-tangan sebelum dan sesudah memberi asupan, merawat bayi dan menyiapkan makanan bagi keluarga. Penyediaan air bersih dan mengkonsumsi makanan dengan nilai gizi yang tinggi dan seimbang. Nasehatkan ibu untuk membaca informasi dan melaksanakan jadwal kunjungan ibu dan bayi seperti yang ada didalam Buku KIA atau KMS.
Tiga Pesan Kunci tentang Waktu dan Penjarangan Kehamilan Yang Sehat (Healthy Timing and Spacing of Pregnancy)
Masyarakat global telah menyepakati tentang waktu dan penjarangan kehamilan yang sehat dan dianggap mampu untuk membantu kaum perempuan untuk mencapai target 5 MDG 2015 yaitu meningkatkan derajat kesehatan perempuan. Terdapat tiga pesan kunci yang terkait dengan topik kehamilan untuk mencapai target tersebut, yaitu:
- Setelah melahirkan bayi hidup dan sehat maka seorang perempuan harus dapat mencegah kehamilan berikutnya hingga (paling sedikit) 24 bulan.
- Setelah mengalami keguguran, seorang perempuan harus menunggu hingga (paling sedikit) 6 bulan sebelum hamil kembali
- Seorang perempuan, sebaiknya tidak menikah sebelum berusia 18 tahun dan baru hamil setelah berusia 20 tahun
Pemilihan Kontrasepsi Rasional
Pemilihan jenis kontrasepsi yang rasional diacu pada tujuan penggunaan dan usia klien. Apabilatujuannya adalah penundaan atau pencegahan kehamilan maka hal tersebut akan rasional apabila usia klien dibawah 20 tahun dan belum ingin segera punya anak. Untuk tujuan tersebut maka kontrasepsi pilihannya adalah pil, AKDR, suntikan, implant atau cara sederhana yang efektif. Apabila klien ingin menjarangkan anak dan usia klien berada pada kisaran 20-35 tahun maka alat kontrasepsi yang rasional untuk tujuan tersebut adalah AKDR hingga metode sederhana apabila usia lebih condong ke arah 20 tahun dan AKDR hingga kontrasepsi mantap apabila usia klien lebih condong ke arah 35 tahun (lihat diagram). Apabila klien tidak ingin menambah anak dan usianya berada diatas 35 tahun maka pilihan kontrasepsi yang rasional adalah kontrasepsi mantap atau metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif lainnya (lihat diagram dibawah).
Kontrasepsi Pascapersalinan
- Dianjurkan untuk menggunakan Metode Laktasi Amenore (ASI Eksklusif).
- Tidak harus menghentikan pemberian ASI untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi.
- Kontrasepsi terpilih seharusnya tidak mempengaruhi kualitas dan jumlah ASI atau mengganggu kesehatan bayi (bila memenuhi kriteria kelaikan medik maka kontrasepsi terpilih adalah AKDR).
- Kontrasepsi Oral Progestin merupakan alternatif terpilih selama periode laktasi apabila kelaikan medik untuk AKDR tidak terpenuhi (WHO, Reinprayoon et al., 2000). Progestin tidak mempunyai efek negatif terhadap tumbuh-kembang bayi baru lahir (Diaz 2002).
- Kontrasepsi Hormonal Kombinasi tidak dianjurkan untuk masa pascapersalinan atau laktasi karena dapat menyebabkan penurunan produksi ASI (Tankeyoon et al., 1984) dan berkontribusi terhadap peningkatan risiko thrombosis postpartum (4 minggu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar